Sebenarnya ini digunakan untuk referensi dan pendahuluan tugas matakuliah Pembelajaran Individual saat semester 4 lalu... Semoga bermanfaat :)

Saat ini banyak Negara termasuk Indonesia sedang giat-giatnya mensosialisasikan Sistem Pendidikan Inklusif, yakni sebuah system pendidikan yang memberi kesempatan pada semua anak untuk belajar bersama tanpa mengenal perbedaan suku, ras, agama, budaya, dan perbedaan pisik.

Di Indonesia system Pendidikan Inklusif telah diperkenalkan sejak tahun 1998oleh Norwegia. Dengan adanya system Pendidikan Inklusif diharapkan anak-anak sejak dini dapat memahami adanya perbedaan, sehingga akan timbul rasa saling menghargai di antara mereka.

Namun sadarkah kita bahwa sebelum Barat menggembar-gemborkan Sistem Pendidikan Inklusif, Rasulullah sudah lebih dulu melaksanakannya. Rasululah tidak pernah membeda-bedakan sehabatnya. Semua sehabat beliau mendapatkan pengajaran yang sama. Rasullulah tidak pernah membuat kelas khusus untuk sehabat-sehabatnya yang punya kekurangan pisik. Mereka tetap belajar bersama dengan sehabat yang lain. Hasilnya mereka punya rasa percaya diri yang tinggi dan juga mempunyai prestasi yang mengagumkan.

Bilal Bin Rabah, seorang budak hitam dari Habsyi adalah muazin kesayangan Rasullulah. Dia memiliki suara yang bagus. Siapa saja yang mendengar suaranya ketika sedang adzan akan tergetar hatinya dan mencucurkan airmata.

Abdulah Bin Masudd, seorang sehabat yang pincang kakinya diangkat menjadi panglima perang tentara Muslim pada Perang Badar. Dialah yang membunuh Abu Jahal dalam perang tersebut.

Bahkan Abdulah Bin Umimaktum, seorang sehabat tunanetra gugur di medan perang sambil kedua tangannya memegang panji-panji Islam. Jadi jelaslah bahwa pelopor Pendidikan Inklusif sebenarnya adalah Rasullulah SAW. Sejak empat belas abad yang lalu beliau sudah Menerapkan system pendidikan Inklusif dalam dawahnya.

Selama berabad-abad pesantren di Indonesia sudah menerapkan system Pendidikan Inklusif. Semua santri dari berbagai kalangan boleh belajar di pesantren. Mereka belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sayangnya pesantren belum banyak terbuka bagi santri berkebutuhan khusus, terutama untuk santri tunanetra.

Para ulama nampaknya lupa pada riwayat para sehabat Rasulullah yang berkebutuhan khusus, sehingga mereka keberatan ketika ada seorang santri berkebutuhan khusus yang ingin belajar dipesantren yang dipimpinnya. Berbagai alasan dilontarkan untuk menolak santri berkebutuhan khusus tersebut. Sebuah pesantren di Jawa Timur misalnya pernah menolak seorang santri tunanetra yang mau menuntut ilmu di sana. Padahal pimpinan pesantren itu telah kenal baik dengan seorang ulama kondang tunanetra. Pesantren seyogianya menjadi contoh yang baik dalam implementasi system Pendidikan Inklusif dengan membuka diri bagi semua santri dari semua kalangan, termasuk santri berkebutuhan khusus. Para Ulama seyogianya menelaah kembali perjalanan dawah rasulullah; bagaimana rasulullah membina semua sehabatnya tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Juga menelaah kembali riwayat para sehabat, khususnya sehabat-sehabat yang mempunyai kekurangan pisik Bukankah menuntut ilmu adalah kewajiban dari seluruh umat manusia sejak dari lahir sampai masuk liang lahat? Tidak ada diskriminasi dalam belajar. Semua manusia wajib menuntut ilmu, karena ilmu adalah bekal utama untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.

Sumber : Sirroh nabawi dan www.kartunet.com